An-Nur Masjid Tua Rote dengan Arsitektur Khas Makassar

- Sabtu, 29 Januari 2022 | 10:42 WIB
Inilah kondisi terkini Masjid An-Nur, Kelurahan Metina, Kota Ba'a, yang kini menjadi Cagar Budaya Masjid Tua Rote. Gambar diabadikan belum lama ini. Foto: Frangky/VN
Inilah kondisi terkini Masjid An-Nur, Kelurahan Metina, Kota Ba'a, yang kini menjadi Cagar Budaya Masjid Tua Rote. Gambar diabadikan belum lama ini. Foto: Frangky/VN

VICTORY NEWS ROTE NDAO - Masjid An-Nur yang terletak di Jalan Pabean, Kelurahan Metina, Kota Ba'a, Kecamatan Lobalain, merupakan masjid tertua di Kabupaten Rote Ndao, yang dibangun oleh Ismail bin Abdullah pada tanggal 5 bulan 8 tahun 1928 silam.

Masjid An-Nur yang sejak tahun 1992 ditetapkan sebagai Cagar Budaya Masjid Tua Rote oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu, dibangun meniru arsitektur salah satu masjid di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.

Ini merupakan bukti pengaruh Bugis/Makassar dalam perkembangan agama Islam di wilayah terselatan NKRI tersebut.

Baca Juga: Objek Wisata Air Terjun Oefamba, Rote Ndao masih Butuh Penataan

Kepada VN, Muhammad Ali Ismail, pengurus Masjid An-Nur yang juga merupakan keturunan langsung (cucu) Ismail bin Abdullah mengatakan, Sang kakek Ismail bin Abdullah adalah suku Bugis yang berlayar sambil berdagang hingga ke Rote.

Menurut Ali, Ismail bin Abdullah yang berlayar dan berdagang akhirnya menetap di Rote, bahkan menikah dengan seorang gadis asli Rote asal eks Nusak Delha (kini Kecamatan Rote Barat), bermarga Giri.

Di Rote, Ismail bin Abdullah tidak melihat ada masjid. Sehingga, setelah itu, dia pulang ke Makassar dan membuat sketsa salah satu masjid yang ada si sana sebagai bentuk masjid yang akan dibangun.

Baca Juga: Keluarga Besar LAST Rote Ndao Diminta Terus Pupuk Sikap Saling Menghargai

"Ketika kembali lagi ke Rote, dia mengumpulkan puluhan warga asal Sulawesi Selatan di Kota Ba'a dan sekitarnya untuk membangun masjid berukuran 10x10 meter, sesuai sketsa yang dibawanya. Makanya, arsitektur masjid An-Nur ini seperti masjid-masjid yang ada di Kota Makassar," ujar Ali.

Ia mengisahkan, sesuai cerita turun temurun dari kakek hingga ayahnya, sebenarnya sebelum dibangun Masjid An-Nur ini, sekitar tahun 1850-an sudah ada masjid di Rote, lokasinya di Hotel Grace. Namun, waktu itu dibongkar dan orang-orang tua mungkin melakukan tukar guling dengan lokasi saat ini.

"Satu-satunya bukti sejarah masjid lama yang sampai saat ini dibawa ke Masjid An-Nur adalah bak air untuk wudhu yang diangkat dan diletakkan di sini," kata dia.

Bedug di Masjid An-Nur yang digunakan untuk prosesi keagamaan di masjid pertama yang dibangun tahun 1850-an di Kota Ba'a, Rote Ndao tersebut. Foto: Frangky/VN
Bedug di Masjid An-Nur yang digunakan untuk prosesi keagamaan di masjid pertama yang dibangun tahun 1850-an di Kota Ba'a, Rote Ndao tersebut. Foto: Frangky/VN

Gula Air, Kapur, dan Putih Telur

Awalnya, kata dia, saat membangun belum ada semen di Rote seperti sekarang, sehingga struktur bangunan digunakan campuran gula air (hasil sadapan pohon lontar yang dimasak), kapur, putih telur, dan pasir laut.

Dikatakan Ali, kakeknya (Ismail bin Abdullah) saat itu bertindak langsung sebagai kepala tukang. Setiap sore bersama orang-orang tua mereka mencampur kapur, putih telur, dan pasir laut sekitar 7 bak (sampan) dan diendapkan semalam.

Halaman:

Editor: Polce Siga

Tags

Terkini

X